Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Juli 2010

PCIM Kuala Lumpur

Tanggapan untuk Mas Wachid
Salam,

Terima kasih juga Mas Wachid dan Mas Rizal Sukma, atas undangan dan sekaligus hospitality antuma dalam menyambut kedatangan kami. Saran lanjutan kami atas email antum adalah:

Segera saja buat milist untuk semua PCIM yg sudah terdaftar, sehingga via milist tsb dapat dilakukan komunikasi langsung dan sekaligus saling share informasi yg mungkin diperlukan, termasuk kegiatan yg sudah, sedang ataupun akan dilaksanakan.
Sekedar saran umum, bahwa kegiatan kita di PCIM tentunya amat tergantung kepada missi dan visi Muhammadiyah secara umum, namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing. Sekedar sharing saja, di PCIM M'sia ada missi pokok yg ingin kami sampaikan, dan ini sangat in-line dengan harapan P Dien ketika beraudiensi dengan kita di Sheraton Hotel, Yogya.

Atas dasar itu, kami susun organisasi ini dalam 4 bidang utama, yakni:
da'wah dan tabligh (namun termasuk juga di dalamnya tarjih dan tajdid bila perlu dan memungkinkan)
kader dan pelatihan
ekonomi dan kewirausahaan
dokumentasi dan publisity ( di Indonesia biasa orang menyebutnya publikasi)
Sebagai tambahan, ada 2 unit semacam biro, yakni advokasi dan bantuan konsultasi psikologi. Namun, kedua biro ini belum berjalan sesuai harapan.

Tugas masing-masing bidang di atas, secara ringkas adalah:
Bidang da'wah bertanggungjawab dalam hal kegiatan da'wah rutin, baik tingkat cabang ataupun ranting. O ya, sejauh ini PCIM M'sia sudah punya 3 Pengurus Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM). Tahun lalu, PCIM sempat membuatkan semacam jadwal dan kurukulum da'wah untuk diusulkan, baik kepada pengajian rutin selama Ramadhan di KBRI, maupun pembinaan khusus para TKW bermaslah yg berada di Shelter KBRI. Termasuk tugas bidang ini adalah membina muballigh baru yg potensial dan sekaligus menyuplai ustadz untuk pengajian di luar lingkungan pengajian resmi PCIM.

Tugas bidang Kader & Pelatihan adalah secara kontinyu (dibantu oleh Bidang publisitas) untuk memasyrakatkan keberadaan PCIM dan sekaligus melakukan pendekatan serta pelatihan, baik kemuhammdiyah-an maupun bukan. Misalnya, PCIM pernah memberikan training kewirausahaan bagi sejumlah TKI yg ingin pulang dan tidak ingin jadi TKI lagi.

Tugas bidang Ekonomi & Kewirausahaan, sesuai dengan namanya, mencari peluang2 amal yg dapat dilakukan dan sekaligus memberikan hasil bagi PCIM. Sekedar contoh, saat ini PCIM sudah punya LCD yg sering 'disewakan' untuk siapa saja (umumnya pengajian) yg memerlukan LCD dalam presentasinya. Begitu pula sound system sederhana. Ke2 hal ini merupakan amal usaha nyata yg masih terus dilakukan. Masih belum besar hasilnya, namun harus disyukuri. Saat ini, sedang dijajagi paket umrah yg insya Allah bekerja sama dengan Muhammadiyah Singpore. Mungkin PCIM Mesir bisa juga ambil bagian, mestinya. Selain itu, kami juga sdg mempertimbangkan paket tour bagi siapa saja yg akan ke M'sia. Ternyata - kalau tak salah - Indonesia merupakan kontributor turis terbesar Malaysia. Dari 20jta turis asing M'sia, sebagian cukup besar adalah warga Indonesia, termasuk diantaranya beberapa rombongan Muhammadiyah...!!!

Masih berkaitan dengan bidang ini, pernah nyaris PCIM dapat proyek penelitian kecil2an dari KBRI M'sia. Sayang, proyek ini belum berlanjut.

Terakhir, bidang dokumentasi dan publisitas - sesusai namanya - bertugas mendokumentasikan berbagai kegiatan yg ada, selain mengelola milist, blog dan serta web PCIM. Selain itu, bidang ini - sekali dua pekan, yakni tiap hari Jum'at - menerbitkan bulletin At-Tanwir (hanya 4 halaman) dan diedarkan di 'masjid' KBRI dan Sekolah Indonesia Kualalumpur (SIK) bersamaan dengan kegiatan shalat jum'at.

Last but not least, memasuki abad ke 2 dan khususnya menyambut maktamar yg baru lalu, PCIM sudah menerbitkan karya perdana, berupa buku yg diberi judul Muhammadiyah dan Tantangan Abad Baru, Percikan Pemikiran Dari Negeri Jiran (foto terlampir). Alhamdulillah, lebih dari 200 exemplar / copies, laku selama Muktamar yg baru lalu. Bukankah ini juga termasuk amal usaha yg dapat dikembangkan...???

Nah, demikian sekedar share dari PCIM M'sia. Semoga ada manfaatnya, dan mohon maaf bila ada kekurangan dan atau kurang berkenan.

Salam, Akhyar

PCIM Amerika

Jawaban email mas Wachid
Alaikumsalam saudaraku,

Sebagai anak/kader Muhammadiyah, kehadiran di muktamar adalah suatu impian. Alhamdulillah, melalui PCIM Amerika saya mendapat kesempatan menikmati lezatnya akhuwah Islamiyah di muktamar sembari membicarakan langkah untuk memajukan persyarikatan demi syiar Islam.

Peranan PCIM diluar negeri mari kita tingkatkan dan berdayakan untuk menopang misi dan visi Muhammadiyah. Untuk itu saya sarankan mari kita tingkatkan komunikasi dan informasi bersama melalui milis ini.

Wassalam

Rabu, 04 Februari 2009

Photo-Photo Peletakan Batu Pertama Ma'had Al-Birr Muhammadiyah di Batam

Ma'had Al Birr Muhammadiyah peletakan batu pertamanya dilaksanakan Ahad 1 Februari 2009, terletak di Komplek Muhammadiyah Asean Tembesi Batam Provinsi Kepulauan Riau.

Ma'had ini direncakan selesai Juli 2009 dan akan menerima mahasiswa baru bulan September 2009, peletakan batu pertama di laksanakan oleh Drs Goodwill Zubair dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, hadir ustaz Abdul Hamid Lc dari perwakilan Al Birr sekarang AMCF (Asia Muslim Cherity Foundation)

Dari Batam DR Chablullah Wibisono pimpinan wilayah Muhammdiyah Kepri, Ir Imam Bachroni Pimpinan Daerah Batam, Imbalo Iman Sakti dari Muhammadiyah Internasional, dari wakil pemerintah setempat hadir Kadis Ekbang DR Syamsul Bachrum.

Ma'had ini kelak dapat menampung 200 orang mahasiswa ber asrama, Insyaallah seluruh biaya di tanggung oleh Ma'had.



Kamis, 29 Januari 2009

Young Muslim Association of Thailand (YMAT)


Young Muslim Association of Thailand (YMAT), Pertubuhan Pemuda Muslim Thailand, sejak 20 hingga 26 Januari 2009 rombongan YMAT ini berada di Indonesia, di Jakarta rombongan sejumlah 34 orang ini di terima Pimpinan Pusat Muhammdiyah. Meskipun menamakan rombongan pemuda tetapi tidak semua yang turut dalam rombongan tersebut masih muda usianya , lebih separoh dari peserta berusia di atas 50.

Enam bulan yang lalu rencana kedatangan ke Indonesia ini telah di gagas mereka, ustaz Daud Jaru seorang simpatisan Muhammadiyah Thailand mengabarkan hal itu. Daud Jaru beberapa kali datang ke Indonesia, seperti dalam kesempatan menghadiri Muktamar Muhammadiyah. Ketua Rombongan adalah Nick Naseer Presiden YMAT saat ini, "Pebruari 2009 depan saya tak menjabat presiden YMAT lagi" ujar Nick Naseer, Undang Undang di Thailand membatasi usia pemuda yang berkiprah di organisai pemuda sebatas 40 tahun saja usia nya , sama dengan di Indonesia.

Dan tidak semua pula rombongan itu anggota YMAT, tetapi hampir semua nya adalah pengelola pondok pesantern di Thailand terutama di Thailand bagian selatan di 4 provinsi yang sekarang sedang bergolak ingin memisahkan diri.

Kenapa ke PP Muhammadiyah? Mungkin hal ini tak lepas dari peranan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsudin, Din Syamsudin saat bertemu dengan mantan Perdana Menteri Samak di Bangkok membicarakan peranan pendidikan dalam kesatuan bangsa.

Di dalam rombongan ke 34 orang dari Thailand itu terdapat 3 orang peserta dari Kerajaan Thai, seorang wanita dan 2 orang pria, terlihat peserta lain nya agak berhati - hati berbicara malah terdiam apabila menyangkut kebijakan Pemerintahan Thailand yang di terapkan di Thailand Selatan (Patani, Yala, Naratiwat) sedang dibicarakan, ketika salah seorang dari perwakilan kerajaan Thailand itu mendekat.

Di Thailand Selatan ratusan pondok pesantern berdiri, pondok - pondok ini mengajarkan dan berbahasa melayu, itu lah sebabnya hampir semua peserta yang datang itu dapat berbahasa melayu. Kecuali hanya seorang saja dari mereka tidak bisa berbahasa melayu, yaitu wanita tadi keturunan pakistan yang bekerja di kementrian luar negeri.

Seluruh pembiayan mereka adalah di tanggung oleh kerajaan Thailand, "tak payah nak tidur di masjid " tulis Daud Jaruh sembari menjelaskan bahwa perjalanan study banding pondok pesanteren terutama di Thailand Selatan ini dengan yang ada di Indonesia di fasilitasi oleh kerajaan pusat.

Adalah hal biasa dan lumrah bagi pengasuh pondok dan penggiat dakwah tidur dan bermalam di masjid.

Posting lain tentang YMAT
The Young Muslim Association of Thailand (YMAT) bergabung dengan pasukan pengacara dari beberapa negara-negara ASEAN untuk mengatur "ASEAN Association of Muslim Lawyers" pada pertemuan terakhir di Malaysia. Asosiasi yang ditujukan untuk memberikan bantuan hukum kepada orang-orang yang menghadap ketidakadilan, khususnya di bagian selatan perbatasan propinsi di Thailand.

Pertemuan ini diadakan di bawah topik "Lawyers dan Hak Asasi Manusia Kasus di Wilayah Asia Tenggara," sebagai bagian dari kerjasama antara YMAT dan Southern Border Provinces Administrative Center (SBPAC), dengan dukungan finansial dari Departemen Luar Negeri dan the Muslim Lawyers Pusat Malaysia.

Bapak Abdul Aziz Kadae-in, Kepala Bagian YMAT Hak Asasi Manusia dan Ketua Koordinator Proyek, mengatakan bahwa pertemuan merupakan salah satu dari beberapa proyek untuk mengembangkan ide dan meningkatkan kreativitas pada saat krisis. J-10 anggota tim Indonesia yang terdiri dari pengacara dari Pattani, Narathiwat, dan Yala, pengacara hak asasi manusia, YMAT pekerja, dan pejabat dari Departemen Luar Negeri.

Peserta lainnya dan pengacara hak asasi manusia kampanye dari Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Filipina. Orang-orang di Thailand ditemukan delegasi pertemuan sangat informatif, dengan pengacara dari wilayah konflik, seperti Aceh dan Mindanao, recounting pengalaman mereka dalam lama berjuang untuk hak asasi manusia.

Peserta sepakat untuk meniru dekat hubungan di antara mereka, dengan pembukaan "ASEAN Association of Muslim Lawyers" untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dan menjaga informasi anggota. Sekretariat Asosiasi akan berada di Kuala Lumpur, Malaysia, dan anggota akan bertemu setiap tiga bulan.

Thailand akan diwakili oleh Bapak Ali Adilan-ISHA, seorang pengacara, Bapak Abdul Aziz Kadae-in, seorang pengacara hak asasi manusia, dan Ibu Pornpen Kongkajornkiat, lain hak asasi manusia pekerja dari Cross Cultural Foundation.

Langsung kontak dan koordinasi antara dekat pengacara di daerah konflik adalah tanda-tanda baik untuk perdamaian di seluruh wilayah ASEAN.

Di kutip dan di translate dari http://thailand.prd.go.th/southern_situation/view_south.php?id=4028

Sabtu, 24 Januari 2009

MESJID PERTAMA DI PARAPAT

Masjid Raya Tanjung Pinang Kepulauan Riau

Menarik untuk di posting ulang, karena mungkin tidak semua bisa membaca tulisan di harian Kompas, terutama untuk informasi masjid pertama di Parapat yang di dirikan oleh Bung Karno semasa pembuangan, di kota sejuk di pinggiran Danau Toba yang terkenal itu.

Bila kita dari Sipirok lewat Pahae, betul seperti yang di tulis Neta “Sementara sajian di kedai-kedai pinggir jalan saya agak meragukan kehalalannya.”
Berjalan kaki menyusuri Parapat banyak hal menarik didapat. Di balik jalannya yang berliku dan turun-naik, Parapat menyimpan begitu banyak bangunan tua berarsitektur menggoda.

Parapat adalah kelurahan di tepi teluk di Danau Toba, masuk Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Lebih dari 90 persen penduduknya beretnis Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Pakpak. Selebihnya, etnis Jawa, Sunda, Padang, dan China. Tak heran jika di kota kecil ini terdapat gereja Protestan dan Katolik, masjid, dan wihara.

Berjalan kaki menyusuri Parapat mengingatkan kita pada dahsyatnya letusan gunung api di sana ribuan tahun lalu. Letusan itu membentuk danau berukuran 100 km x 30 km dan berada 1.000 meter dari permukaan laut, dengan Pulau Samosir di tengahnya. Menakjubkan.

Rasa takjub sebenarnya sudah muncul jauh sebelum memasuki Parapat. Lepas dari Pematang Siantar, dari atas ketinggian tebing curam, kita sudah disuguhi keindahan Danau Toba yang menghampar biru di kejauhan. Hingga setengah jam kendaraan menuruni bukit terjal dan berkelok-kelok di bibir kawah Danau Toba, dapat disaksikan sisa muntahan bebatuan dan abu vulkanik yang menurut peneliti Universitas Teknologi Michigan, Amerika Serikat, sebagai bekas letusan maha dahsyat pada 75.500 tahun lalu. Letusan itu memuntahkan bebatuan dan abu vulkanik hingga radius 2.000 km² serta menimbulkan kegelapan selama dua minggu.

Petualangan jalan kaki saya mulai dari tengah kota, di perempatan jalan depan Inna Parapat. Hotel ini dibangun tahun 1911 dan menjadi hotel pertama di kota itu.
Dari sini saya menyusuri Jalan Marihat menuju kawasan Tanjung Sipora-pora hingga ke ujung barat. Jalan kecil berliku dan turun-naik cukup menguras tenaga. Di sepanjang jalan terdapat beberapa bangunan tua dengan arsitektur bergaya kolonial Belanda, sebagian besar kurang terawat.

Wisata arsitektur

Di kawasan paling ujung kembali saya menemukan hal menakjubkan. Sebuah bangunan kuno berdiri kokoh di ujung tanjung bertebing sangat curam. Di kejauhan, di depannya terlihat fatamorgana Pulau Samosir bertemu dengan daratan Sumatera. Jika cuaca cerah, pada sore hari dari gedung ini terlihat jelas proses matahari terbenam di fatamorgana Samosir.

Di tempat ini, pada 1 Januari 1949, Presiden Soekarno diasingkan Belanda. Bung Karno bersama Agus Salim dan Sutan Syahrir dipindahkan ke sana setelah sebelumnya diasingkan di Brastagi, Kabupaten Karo.
Pesanggrahan buatan tahun 1820 itu berukuran 10 meter x 20 meter, dikelilingi halaman seluas dua hektar. Bangunannya bergaya arsitektur neoklasik atau dikenal sebagai Indische Architectuur.

Dari pesanggrahan ini saya jalan memutar menuju timur. Di sisi kanan ada beberapa bangunan tua dan di sisi kiri Danau Toba menghampar. Sementara jauh di seberangnya terlihat mobil kecil-kecil melaju mengisi kesibukan lalu lintas Trans-Sumatera.
Dari sini saya kembali ke tempat awal dan langsung menuju kawasan timur Parapat melalui Jalan Bukit Barisan. Jalanan menanjak curam. Di sisi kiri-kanan jalan sangat banyak terdapat bangunan bergaya arsitektur kolonial. Beberapa di antara bangunan tua itu dijadikan kantor instansi pemerintah.

Kawasan ini tampaknya menjadi pusat kota tua Parapat. Soalnya dari seluruh tempat di Parapat hanya di kawasan ini cukup banyak terdapat bangunan bergaya arsitektur kolonial.

Gaya arsitektur bangunan di kawasan ini merupakan perpaduan selaras antara tiga unsur: tradisional, modern, dan tropis. Karya arsitektur yang ada umumnya menunjukkan perhatian besar pada iklim tropis Parapat terlihat pada jendela dan kisi-kisi ventilasi yang menjulang tinggi dari lantai ke langit-langit.

Meski Parapat kota sejuk, jendela dan kisi-kisi itu difungsikan juga sebagai corong pergantian udara dan juga agar penghuni dapat leluasa memanfaatkan cahaya matahari.
Di tempat ini terdapat beberapa bangunan dengan gaya arsitektur dipengaruhi aliran Delf. Hal ini terlihat dari upaya menggabungkan bangunan kotak dengan sistem kisi (grid) rasional, yang kemudian diperkaya dengan unsur pracetak untuk dinding luar.
Di bagian tengah kawasan timur ini terdapat bangunan gereja HKBP, mewakili arsitektur transisi klasik Eropa, terlihat modern tetapi tetap berciri tropis.
Di Parapat, bangunan tempat peristirahatan umumnya terinspirasi arsitektur vernakular Nusantara dengan adaptasi pada iklim. Ciri khasnya, halaman rumah adalah rerumputan yang menghampar luas.

Bagi orang Batak, rumah memang lebih dari sekadar tempat tinggal, tapi juga bangunan yang ditata secara perlambang, berkonteks dengan sosial budaya dan status kedudukan di dalam masyarakat.

Potensi besar

Meski Bung Karno sangat singkat bermukim di Parapat, tetapi dia menorehkan sejarah baru dengan memprakarsai berdirinya masjid di kota ini.
Pada tahun 1949, saat hendak melaksanakan shalat Jumat, Bung Karno tidak menemukan masjid di kota ini. “Di sini belum ada masjid. Dirikanlah masjid untuk shalat orang-orang Islam yang singgah,” ujar Bung Karno.
Mendengar ucapan sang Proklamator, Abdul Halim Pardede mewakafkan sebidang tanahnya untuk pembangunan Masjid Taqwa.

Parapat tentunya tak hanya bersejarah bagi umat Muslim, tetapi juga sangat bersejarah bagi umat Nasrani Batak Toba. Pada tahun 1909 dilakukan proses permandian suci oleh Pendeta Theis terhadap 38 orang Batak di kota ini setelah pada 12 Februari 1900 Pendeta Samuel Panggabean dan Friederich Hutagalung diutus ke daerah sekitar Danau Toba untuk menyebarkan agama Kristen.

Dari sini terlihat Parapat memiliki wisata alam, wisata arsitektur, dan potensi wisata rohani, wisata sejarah, bahkan wisata kuliner.
Parapat memiliki kuliner yang menarik, seperti lomok-lomok (lemak), ikan naniura (ikan mas yang dimasak pakai asam), ikan naniarsik (ikan mas yang diarsik), lapet, dali (susu sapi), sop ikan danau toba (nila) asam pedas, ikan bakar hopar, dan ikan pora-pora goreng. Memang kuliner khas Batak ini baru bisa dinikmati di hotel-hotel berbintang dengan harga relatif mahal. Sementara sajian di kedai-kedai pinggir jalan saya agak meragukan kehalalannya.

Sayangnya Parapat dengan segala potensinya tak kunjung mampu menarik wisatawan. Parapat terlalu sepi jika dibandingkan dengan Bali. Sepanjang hari hanya saya seorang diri yang menyusuri kota wisata ini.

Sabtu, 10 Januari 2009

Din Bantah Muhammadiyah Kerjasama Dengan Israel.



Merebaknya pemberitaan tentang kerjasama Muhammadiyah dengan Israel, membuat Din Syamsudin angkat bicara. Dikatakan dalam Situs Resmi Muhammadiyah, “Berita itu tidak benar. Tidak ada MoU antara Muhammadiyah dengan Israel dan tidak ada bantuan Israel kepada Muhammadiyah” tutur Presiden Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) ini.
Din Bantah Muhammadiyah Kerjasama Dengan Israel.

Din yang juga penerima Award sebagai Ambassador for Peace atas prakarsa perdamaian yang dilakukan mengatakan bahwa penyebaran berita itu oleh pihak-pihak tertentu sangat tendensius.

Pernyataan Din ini menanggapi berita yang merebak di dunia maya, diantaranya yang dikeluarkan oleh Eramuslim.com dengan judul Muhammadiyah Jalin Kerjasama dengan Israel, dan beberapa media online lainnya.

Eramuslim sendiri mengangkat berita itu dari islamonine.com "Situs Islamonline melaporkan, lembaga Rescue and Emergency yang berada dibawah naungan Muhammadiyah telah menandatangani kesepakatan kerjasama di bidang kesehatan dengan Magen David Adom (MDA) sebuah organisasi layanan kesehatan nasional Israel. Kerjasama itu senilai 200.000 dollar dan penandatanganannya dilakukan oleh delegasi Muhammadiyah di Tel Aviv, ibukota Israel pada bulan Oktober 2007."

Berikut ini adalah artikel yang diangkat oleh islamonline.com mengenai kerjasama muhammadiyah dengan israel:
Muhammadiyah divided on Israel ties
Israel Ties Divides Indonesians
Gaza's Scary Nights



Referensi:
Muhammadiyah.or.id - Din : Tidak Ada Kerjasama Muhammadiyah dengan Israel
Eramusli.Com - Muhammadiyah Jalin Kerja Sama Dengan Israel

Diposting oleh Muntoha Ihsan

Rabu, 07 Januari 2009

Myanmar, Burma, Rohingya, Junta Militer dan Muslim Yang Tertindas

200 orang terdampar di Aceh, sebagian besar lelaki dewasa, di kapal kayu yang kecil mereka berdesak desakan, dehidrasi, kurang makan.

Di Malaysia tak kurang dari 20.000 orang mereka tidak jelas kewarganegaraannya, karena pemerintah Junta Militer tidak mengakui lagi mereka yang melarikan diri dari Myanmar.

Masyarakat Sabang Beri Bantuan Warga Myanmar yang Terdampar

Banda Aceh - Sejumlah warga Sabang mendatangi Rumah Sakit Umum (RSU) Sabang. Kedatangan mereka untuk melihat dan memberikan bantuan makanan dan minuman kepada 200 warga Myanmar yang terdampar di Sabang.

"Warga ramai datang ke Rumah Sakit Umum (RSU) Sabang untuk melihat dan memberikan bantuan kemanusiaan seperti bahan makanan, minuman ringan dan pakaian," kata Direktur RSU Sabang dr Srido Sugono, Rabu (7/1/ 2009).

Srido menjelaskan, sebanyak 45 dari warga yang terdampar itu kini masih dalam perawatan. Mereka mengalami dehidrasi akibat kekurang cairan dan makanan dalam tubuh.

"Warga yang sedang dalam perawatan kami itu semuanya laki-laki berusia antara 30 sampai 50 tahun," ujar Sugono.

Sugono menambahkan, saat ini ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Sabang dipenuhi warga Myanmar. Begitu pula dengan aula di rumah sakit milik pemerintah itu.

"Mereka terpaksa kita baringkan di lantai. Namun sebagian besar masalah kesehatan warga asing itu sudah tertanggani dengan pemberian makanan dan minuman serta obat-obatan," kata dia.Koordinasi dengan Kedutaan Myanmar

Pemerintah Kota Sabang telah melakukan koordinasi dengan kedutaan Myanmar terkait kasus ini. Menurut rencana, sebelum dipulangkan ke negara asalnya, para imigran ini akan ditampung di kompleks Lanal Sabang.

"Kami akan siapkan tenda untuk mereka sementara waktu sebelum dipulangkan. Mengenai makanan mereka selama di penampungan juga akan kami tanggung," tutur Wakil walikota Sabang Islamuddin.(djo/djo)