Kamis, 18 Desember 2008

Muslim di Pattani (Thailand Selatan) dan Kiprah Muhammadiyah



Rindu rasanya ingin bertemu saudara sesama muslim di Pattani terutama (Tahiland sana), tahun ini 1429 H aku tak dapat ikut dengan mereka yang berangkat ke Thailand Utara, 14 orang dengan dua kenderaan, teringat makan Tomyan dimasak sendiri, tidur di beranda masjid, berjalan kaki ke bukit-bukit.

Tahun lalu 2007 M/ 1428 H karena capek sekali dan mengingat waktu itu ada pemilihan umum di Thailand (Pemilu Perdana Menteri), sebagian anggota rombongan pulang ke tempat masing-masing melalui udara, dari bandara Chiang Rai tidak ada penerbangan langsung ke Kuala Lumpur, harus via Suvarnabhumi Bangkok, dari Bangkok baru ke LCCT Kuala Lumpur sementara aku sendiri yang orang Indonesia dari Bangkok langsung ke Changi Singapura, tak terlalu mahal kalau pesan dengan Air Asia jauh jauh hari.

Ustaz Yusuf dapat musibah di Sadao, Sadao adalah salah satu kota perbatasan dengan Malaysia, melalui Bukit Kayu Hitam , Sadao lah kota pertama kita masuki masih dalam provinsi Yala, daerah kantong muslim yang sekarang bergolak minta merdeka.
Yala, Pattani, Naratiwat, mayoritas penduduk melayu muslim, sebagian mereka tak mau disebut orang thai, karena thai adalah siam. Di Songkla pun banyak melayu muslim bermukim begitu juga di Pukhet, melayu muslim di Phuket banyak berjualan dan trasi dari phuket yang dibuat oleh melayu muslim disana cukup terkenal.

Baru-Baru ini saat Syawal 1429 H aku bertemu dengan puluhan melayu muslim asal Phuket di Pudu Raya Kuala Lumpur, mereka akan ziara ke Bandung ke psantern Darul Tauhid milik AA Gym.

Saat Perdana Menteri Thailand Samak yang hanya menjabat beberapa bulan berkuasa, menggantikan Perdana Menteri Thaksin yang diturunkan, Muhammadiyah Internasional mendapat belasan hektar tanah di daerah Pattani untuk di jadikan sekolah, aku ikut hadir melihat lokasi rencana sekolah itu, hampir 6 bulan telah berlalu tak ada kabar dari Pimpinan Muhammadiyah Pusat secara resmi mengenai status tanah itu. Menurut ustaz Wahab yang baru-baru ini bertemu dengan PP Pusat pak Din Syamsudin tanah dan pengelolaannya diserahkan ke pada Muhammadiyah di Thailand saja.

Pasti pak Din tahu kondisi umat Islam di Thailand baik dari segi ekonomi dan sumber daya manusianya, Adanya alokasi lahan untuk pendirian sekolah itupun hasil pembicaraan antara pak Din dengan PM Samak yang meminta konsep bagaimana Islam di Indonesia dan pak Din pun tahu betul ustaz Yusuf lah satu-satunya orang yang masih bertahan dan masih berani menyebut orang Muhammadiyah di seluruh Thailand. Hal ini sering ustaz Yusuf utarakan sambil bergurau.

Ustaz yusuf yang sudah rapuh itu dan baru-baru ini kena musibah tabrakan di Sadao tak lah mungkin dapat mewujudkan adanya sekolah Islam di sana.
Disamping memang keadaan politik yang tidak kondusif dan tidak berpihak kepada muslim mayoritas yang ada di Thailand Selatan.

Pak Din sekarang di gadang-gadang menjadi calon Presiden RI, dan mungkin sibuk sekali dengan aktifitas beliau yang lain, tapi harapan kami ada perhatian khusus dari PP Muhammaadiyah, mengenai umat muslim di Thailand Selatan.

Qurban Muhammadiyah Internasional di beberapa Negara Asia Tenggara


Tahun ini 1429 H Muhammadiyah Internasional yang di trajui oleh ustaz Abdul Wahab dari Kulim Kedah Malaysia, sebagaimana tahun lalu 1428 H melaksanakan qurban dibeberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
"Suhu tahun ini lebih sejuk dari tahun lalu pak" tulis Muhammad Faiz dalam emailnya kepadaku, setahuku tahun lalu Desember 2007 saat di Phayao salah satu provinsi di Utara Thailand suhu waktu itu mencapai 10 derajat celsius.

Dengan dua kenderaan sebuah mini bus dan satu pick up 14 anggota dan simpatisan Muhammadiyah Internasional mengharungi ribuan kilo meter jarak yang di tempuh mulai tanggal 03 Desember hingga 14 Desember 2008, aku ingat tahun lalu perjalanan safari ini sungguh menyenangkan, meskipun terkadang tidur di beranda masjid dan makan sekadarnya, makanan jadi terasa nikmat karena dimasak langsung dan masih hangat apalagi sang juru masak yang orang Thailand.

"Baba Jie tak dapat ikut, ustaz Yusuf kena musibah terjatuh dari kenderaan di Sadao" tulis Faiz lagi dalam emailnya. Baba panggilan untuk ustaz di Thailand, Baba Jie keturunan China ini pasih beberapa bahasa dan cukup aktif berdakwah, tahun lalu (1428H) beliau yang menjadi khatib shalat Idul Adha.

"Tahun ini yang menjadi khatib ustaz Hasan" kata Faiz lagi, Ustaz Hasan ustaz muda yang energik, isterinya adalah penduduk pribumi di Phayao, hampir seluruh pelosok Thailand utara dikuasainya dimana tempat-tempat minoritas muslim yang bermukim.
Bukan di Tahiland saja, ke Laos, Kamboja, Vietnam dan Myanmar pun beliau tahu.

Dengan speda motor bebeknya dia kunjungi semua daerah itu untuk berdakwah, sewaktu aku mengunjungi Vientiane ibukota Laos di Masjid Pakistan orang disana pun mengenal beliau, tak berapa orang lagi yang tinggal hidup seperti ustaz Hasan di Thailand, ada beberapa rekan dan karibnya hilang dan ada yang terbunuh dan sebagian dianggap teroris oleh pemerintah yang berkuasa, sehinggah tak dapat tinggal menetap di Thailand, banyak yang bermastautin di Malaysia.