Ditulis oleh : ust Zenal Satiawan dalam Buletin Jumat
Tak ada seorangpun di Dunia ini yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan lingkungan dan pergaulan. Dalam pergaulannya, seseorang akan memiliki teman, baik itu di tempat kerja ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga tak diragukan lagi bahwa teman merupakan elemen penting berpengaruh bagi kehidupan seseorang.
Sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, Islam telah mengatur adab dan batasan dalam pergaulan. Betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jahat, sebaliknya betapa besar manfaat yang dapat diraih oleh seseorang yang bergaul dengan teman yang shalih.
Banyak di antara manusia yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan teman teman yang jahat dan banyak pula di antara manusia yang mendapatkan hidayah dikarenakan bergaul dengan teman-teman yang shalih. Dalam sebuah haditsnya, Rasullullah Saw. menjelaskan tentang peranan dan dampak seorang teman: “Perumpamaan bergaul dengan teman yang baik dengan teman yang jahat adalah seperti bergaul dengan penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang harum, sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak harum.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil pelajaran penting, bahwasanya bergaul dengan teman yang shalih mempunyai dua kemungkinan yang kedua-duanya baik, yaitu: Kita akan menjadi baik atau kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita. Sedang bergaul dengan teman yang jahat juga mempunyai dua kemungkinan yang kedua-duanya jelek, yaitu: Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.
Bahkan Rasulullah Saw. menjadikan seorang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang, oleh karena itu Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kita agar senantiasa memperhatikan dengan siapa kita bergaul. “Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat dengan siapa dia bergaul.” (HR. Ahmad). Ada pepatah Arab mengatakan, "Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang temannya, karena seseorang pasti akan mengikuti kelakukan temannya" Demikianlah karena memang fitrah manusia cenderung ingin selalu meniru tingkah laku dan keadaan temannya.
Seorang teman memberikan pengaruh besar dalam kehidupan kita, janganlah ia menyebabkan kita menyesal pada hari kiamat nanti dikarenakan bujuk rayu dan pengaruhnya sehingga kita tergelincir dari jalan yang haq dan terjerumus dalam kemaksiatan. Marilah kita renungkan firman Allah Swt. berikut ini, “Dan ingatlah hari ketika orang-orang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata: Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besar bagiku! Kiranya dulu aku tidak mengambil si fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran sesudah Al-Quran itu datang kepadaku. Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan: 27-29).
Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang fasik dan pelaku maksiat sebagai teman-temannya ketika di dunia, sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi baginya, karena di akhirat adalah hari hisab bukan hari amal sedang di dunia adalah hari amal.
Sebelum semuanya terlambat, carilah teman-teman shalih yang senantiasa mengajak kita untuk berbuat ketaatan kepada Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya, menasehati kita jika bersalah, memberitahu aib-aib kita. Carilah ia walaupun ke ujung dunia, atau menyesal selamanya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar